JAKARTA, seriale-turcesti.biz – Dalam dunia geopolitik yang semakin rumit, Australia baru-baru ini menjadi sorotan karena dugaan keterlibatannya dalam rantai pasok suku cadang pesawat tempur F-35 ke Israel, di tengah kontroversi perang Gaza. Dokumen bocor yang diungkap oleh Declassified Australia mengungkap setidaknya 68 pengiriman suku cadang F-35 langsung dari Australia ke Israel sejak Oktober 2023 hingga September 2025. Lebih mencengangkan lagi, detail ekspor tersebut “hilang secara diam-diam” dari catatan resmi pemerintah, memicu tuduhan upaya menghapus bukti.
Latar Belakang Program F-35 dan Keterlibatan Australia
F-35 Lightning II, pesawat tempur siluman generasi kelima buatan Lockheed Martin, adalah proyek global senilai triliunan dolar yang melibatkan sembilan negara mitra, termasuk Australia. Canberra telah berinvestasi lebih dari AUD 4,13 miliar melalui 75 perusahaan lokal, memproduksi ratusan komponen kritis seperti bagian sayap dan sistem avionik. Sistem logistik “just-in-time” memungkinkan suku cadang beredar melalui kumpulan global di AS dan Belanda, tapi bukti baru menunjukkan pengiriman langsung ke Israel—mitra F-35 sejak 2016 dengan 75 pesawat Adir yang aktif digunakan di Gaza.
Pemerintah Australia, di bawah Menteri Pertahanan Richard Marles, berulang kali membantah ekspor senjata ke Israel sejak konflik 7 Oktober 2023. “Australia tidak memasok senjata atau amunisi ke Israel selama lima tahun terakhir,” tegas Marles pada Agustus 2025. Namun, kelompok hak asasi seperti Amnesty International Australia menegaskan bahwa suku cadang F-35—termasuk “aircraft parts” yang dikirim dari Sydney ke Tel Aviv—merupakan bagian dari “senjata” yang memungkinkan serangan udara Israel. F-35 telah terlibat dalam puluhan serangan di Gaza, termasuk bom 2.000 pon di zona aman Al-Mawasi yang tewaskan 90 warga sipil pada Juli 2024.
Pengungkapan Dokumen Bocor: 68 Pengiriman Rahasia
Puncak kontroversi pecah pada Oktober 2025, ketika Declassified Australia merilis dokumen pengiriman yang bocor. Pengiriman terbaru, pada pertengahan September 2025, melibatkan “Inlet Lube Plate” dari basis RAAF Williamtown, NSW, dikirim via Thai Airways ke Israel. Total 68 pengiriman sejak awal konflik Gaza, sebagian besar melalui pesawat penumpang komersial, melewati kargo biasa untuk menghindari pengawasan. Contoh lain termasuk visor pilot dan komponen perbaikan yang diduga diambil dari stok Australia, bukan dikirim untuk servis—karena perbaikan bisa dilakukan lokal.
Dokumen ini bertentangan dengan klaim pemerintah bahwa suku cadang hanya masuk ke “pool global” di Eropa. “Ini bukti konkret keterlibatan Australia dalam kejahatan perang Israel,” kata Peter Cronau, jurnalis investigasi Declassified Australia. Pengiriman ini terjadi hanya 24 jam setelah laporan PBB menyatakan tindakan Israel di Gaza sebagai “genosida” pada September 2025, menambah bobot tuduhan.
Upaya Menghapus Bukti: Detail Ekspor “Hilang Diam-Diam”
Yang membuat skandal ini semakin gelap adalah respons pemerintah Australia. Menurut laporan ABC News pada 6 Oktober 2025, detail ekspor F-35 ke Israel “dihapus secara diam-diam” dari database resmi Departemen Pertahanan. Dokumen yang sebelumnya tersedia secara publik tiba-tiba lenyap, memicu spekulasi bahwa Canberra bergegas menutupi jejak untuk menghindari tekanan internasional. “Ini seperti membersihkan kamar setelah pesta—tapi tamu sudah melihat kekacauannya,” komentar mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS Josh Paul, yang mundur karena kebijakan senjata ke Israel.
Declassified Australia mengirim pertanyaan ke Kementerian Pertahanan tentang persetujuan ekspor dan langkah pencegahan pelanggaran hukum internasional, tapi tak ada respons hingga publikasi. Kritikus seperti Senator Hijau David Shoebridge menuduh: “Jika Australia hentikan suku cadang F-35, armada Israel akan grounded.” Lebih dari 230 organisasi sipil global, termasuk Amnesty, mendesak mitra F-35 seperti Australia untuk hentikan pasokan, mengutip putusan Mahkamah Internasional (ICJ) dan Komisi PBB yang mengharuskan negara anggota hentikan transfer yang mendukung pendudukan atau genosida.
Tanggal Pengiriman Utama | Komponen | Rute | Catatan |
---|---|---|---|
September 2025 | Inlet Lube Plate | Sydney-Tel Aviv (Thai Airways) | Dari stok Williamtown; pengiriman ke-68 |
Juli 2025 | Visor Pilot | Sydney-Tel Aviv | Diduga prioritas perang Gaza |
Oktober 2023 | Aircraft Parts Umum | Sydney-Tel Aviv | Pengiriman pertama pasca-7 Oktober |
Reaksi Internasional dan Domestik
Kontroversi ini bergema di parlemen Australia, di mana Partai Hijau menuntut embargo dua arah senjata ke Israel. Amnesty Australia menyebutnya “keterlibatan langsung dalam genosida Gaza,” sementara pemerintah tetap teguh: “Komponen F-35 non-letal dan bagian dari rantai pasok global.” Di luar negeri, Belanda memblokir pasokan F-35 ke Israel sejak Februari 2024 atas kekhawatiran hukum internasional, sementara Inggris ditolak tuntutan serupa tapi akui “risiko jelas” pelanggaran di Gaza.
Komunitas Reddit dan media sosial Australia ramai dengan diskusi, dengan 44 suara up di r/AustralianPolitics menyoroti “bukti yang tak bisa disangkal lagi.” Presstv Iran bahkan menuduh Australia “mengirim secara rahasia” untuk mendukung kampanye Israel.
Implikasi Hukum dan Etis
Secara hukum, Australia berpotensi melanggar kewajiban ICJ pasca-putusan Januari 2024 yang perintahkan hentikan kontribusi pada genosida Gaza. PBB pada Oktober 2024 menekankan negara seperti Australia harus pastikan transfer tak mendukung kejahatan perang. Etisnya, ini menimbulkan pertanyaan: Apakah kontribusi “ekonomi skala” F-35 membenarkan keterlibatan tidak langsung dalam konflik yang tewaskan puluhan ribu sipil?
Menteri Luar Negeri Penny Wong menjanjikan tinjauan ekspor militer, tapi kritikus bilang itu “terlalu lambat.” Lebih dari 35 izin ekspor ke Israel tetap aktif sejak sebelum perang, menurut ABC.
Skandal suku cadang F-35 ini bukan hanya soal logistik, tapi cerminan kebijakan Australia yang ambigu di panggung global. Dengan dokumen bocor yang tak terbantahkan dan upaya “penghapusan” yang mencurigakan, Canberra dipaksa hadapi kenyataan: Keterlibatan di rantai pasok F-35 berarti tanggung jawab atas penggunaannya di Gaza. Saat tekanan domestik dan internasional meningkat, apakah Australia akan ambil langkah tegas seperti Belanda, atau lanjutkan “bisnis seperti biasa”? Ini saatnya transparansi, bukan penghapusan bukti—karena sejarah tak bisa dihapus begitu saja.