JAKARTA, seriale-turcesti.biz – Amerika Serikat kembali menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap Rusia dalam forum Kelompok Tujuh (G7). Dalam pertemuan terbaru yang diadakan di Tokyo, Jepang, Washington menolak usulan Kanada yang ingin membentuk satuan tugas khusus untuk menekan kebijakan ekonomi Kremlin, terutama terkait dugaan penggunaan “armada bayangan” tanker minyak Rusia guna menghindari sanksi Barat.
Sikap ini mengundang pertanyaan besar dari sekutu-sekutu AS, terutama di Eropa, yang selama ini berharap ada tekanan lebih keras terhadap Moskow. Namun, keputusan AS dinilai sebagai langkah strategis yang lebih mengutamakan stabilitas global dibanding eskalasi konflik yang lebih besar dengan Rusia.
Kanada Usulkan Tindakan Keras, AS Menolak
Dalam pertemuan tersebut, Kanada yang saat ini memegang kepemimpinan G7 mengusulkan langkah konkret untuk menekan Rusia melalui pembentukan satuan tugas yang bertujuan:
- Memantau dan membatasi armada tanker minyak Rusia yang disebut digunakan untuk menghindari pembatasan harga minyak dari negara-negara Barat.
- Mengefektifkan sanksi terhadap Rusia, terutama di sektor energi dan perbankan.
- Menghukum negara-negara yang tetap membeli minyak dari Rusia dengan berbagai mekanisme pembatasan perdagangan.
Namun, AS menolak usulan ini, dengan alasan bahwa sanksi yang sudah ada saat ini sudah cukup efektif dan bahwa ada prioritas lain yang lebih mendesak untuk dibahas di G7, termasuk ketegangan dengan China dan masalah ekonomi global.
Sikap AS ini cukup mengejutkan, mengingat selama ini Washington menjadi motor utama dalam menerapkan sanksi terhadap Moskow sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Mengapa AS Melunak?
Menurut beberapa analis geopolitik, ada beberapa alasan utama mengapa AS memilih sikap yang lebih moderat terhadap Rusia:
- Stabilitas Ekonomi Global – Dengan harga energi yang masih fluktuatif, Washington tidak ingin kebijakan baru G7 justru membuat harga minyak melonjak, yang bisa berdampak buruk bagi ekonomi global, termasuk AS sendiri.
- Fokus ke Ancaman China – Pemerintahan Presiden Joe Biden saat ini lebih fokus menghadapi China, terutama dalam aspek teknologi dan perdagangan, daripada terus-menerus menekan Rusia.
- Dukungan Politik Domestik – Dalam tahun politik menjelang pemilu 2024, Biden berusaha menghindari kebijakan luar negeri yang bisa memicu ketidakstabilan di dalam negeri, terutama terkait harga energi dan inflasi.
- Ketegangan dengan Sekutu di Eropa – Beberapa negara Eropa mulai menunjukkan perbedaan pendekatan terhadap Rusia, dengan beberapa di antaranya mempertimbangkan negosiasi alih-alih terus memperketat sanksi. AS mungkin ingin menjaga keseimbangan dalam aliansi Barat.
Reaksi dari Sekutu G7
Sikap AS ini menuai beragam reaksi. Kanada dan Inggris mengkritik keputusan tersebut, dengan menyebut bahwa sikap lunak terhadap Rusia hanya akan membuat Moskow semakin percaya diri dalam kebijakan ekspansifnya. Sementara itu, Jerman dan Prancis tampaknya lebih moderat dan memahami keputusan Washington, mengingat dampak ekonomi yang bisa terjadi jika tekanan terhadap Rusia semakin diperketat.
Dari pihak Rusia sendiri, pemerintah Moskow menyambut baik keputusan AS. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa langkah ini menunjukkan bahwa “tidak semua negara Barat ingin terus-menerus memperkeruh hubungan dengan Rusia.”
Keputusan AS untuk tidak mendukung usulan Kanada di G7 menandai perubahan pendekatan dalam kebijakan terhadap Rusia. Meskipun masih memberlakukan sanksi terhadap Moskow, Washington tampaknya mulai mengambil langkah yang lebih pragmatis guna menjaga stabilitas ekonomi global dan memprioritaskan ancaman lainnya, seperti ketegangan dengan China.