seriale-turcesti.biz – Malam yang seharusnya menjadi mimpi buruk bagi Athletic Bilbao berubah menjadi pesta gol bagi Real Madrid. Pada pertandingan pekan ke-19 La Liga 2025/26 di Stadion San Mamés, Los Blancos menghancurkan tuan rumah dengan skor telak 3-0. Kylian Mbappé menjadi bintang utama dengan brace-nya, sementara Eduardo Camavinga menambah satu gol indah. Kemenangan ini memutus rentetan tiga hasil imbang Real Madrid dan mengembalikan mereka ke puncak klasemen sementara.
Athletic Bilbao, yang duduk di peringkat delapan dengan 20 poin dari 14 laga, datang dengan semangat tinggi. Stadion La Catedral, rumah bagi 51.313 suporter fanatik, bergemuruh sejak menit awal. Pelatih Ernesto Valverde mengandalkan formasi 4-1-4-1, dengan Unai Simón di gawang, pertahanan kokoh Aymeric Laporte dan Dani Vivian, serta serangan dipimpin Iñaki Williams. Mereka hanya kebobolan satu gol di babak pertama sepanjang musim ini di kandang, rekor terbaik di liga. Namun, Bilbao tampak kesulitan menghadapi tempo tinggi Madrid.
Di sisi lain, Real Madrid di bawah Xabi Alonso – yang kini menukangi Los Blancos – tiba dengan misi tebusan. Setelah tiga imbang beruntun (terakhir lawan Athletic pada 2019), tim tamu memulai perjalanan ke Bilbao dengan penuh konsentrasi. Formasi 4-3-3 mereka menampilkan Trent Alexander-Arnold di sayap, Mbappé sebagai ujung tombak, dan Camavinga di lini tengah. Sayangnya, Alexander-Arnold mengalami cedera ringan di babak pertama, tapi itu tak menghentikan momentum Madrid.
Pertandingan dimulai dengan intensitas tinggi. Hanya di menit ke-7, Mbappé membuka skor. Menerima umpan silang panjang dari Alexander-Arnold, striker Prancis itu melewati Íñigo Lekue dan Laporte dengan kecepatan kilat, sebelum melepaskan tembakan keras dari tepi kotak penalti. Unai Simón tak berkutik. Gol itu seperti suntikan semangat bagi Madrid, yang langsung mendominasi penguasaan bola hingga 62% sepanjang laga.
Babak pertama semakin berat bagi Bilbao. Madrid menciptakan enam peluang besar, rekor terbaik mereka dalam empat tahun terakhir di laga tandang. Klimaksnya di menit ke-42: urutan operan indah dari belakang, dipimpin Alonso, berujung pada tendangan voli akrobatik Camavinga. Gol itu membuat skor 2-0 saat turun minum. Bilbao, yang hanya menguasai bola 38%, terlihat frustrasi. Alex Berenguer mendapat kartu kuning di menit 66 karena pelanggaran tak perlu, sementara Alejandro Rego Mora menyusul di menit 76.
Babak kedua, Bilbao mencoba bangkit. Valverde memasukkan pengganti untuk menambah kreativitas, tapi pertahanan Madrid yang dipimpin Antonio Rüdiger tak tergoyahkan. Di menit ke-59, Mbappé kembali beraksi. Menerima bola dari sisi kiri, ia menggiring melewati dua bek sebelum melepaskan tembakan melengkung ke tiang jauh. Brace keduanya ini memadamkan harapan Bilbao sepenuhnya. Madrid mengontrol permainan, sementara Bilbao hanya mampu melepaskan tembakan tepat sasaran dua kali sepanjang laga.
Secara statistik, superioritas Madrid terlihat jelas. Mereka melepaskan 16 tembakan (7 tepat sasaran) berbanding 5 dari Bilbao. Mbappé tak hanya cetak dua gol, tapi juga beri assist untuk Camavinga, membuatnya layak sebagai man of the match. “Ini malam sempurna. Kami butuh ini setelah imbang-imbang,” ujar Mbappé pasca-laga. Sementara itu, Valverde mengakui, “Kami kalah kelas. Madrid terlalu tajam hari ini.”
Laga ini mengingatkan rivalitas panjang kedua tim. Dalam 10 pertemuan terakhir, Madrid menang 7 kali, Bilbao 2, dan 1 imbang. Di San Mamés, Bilbao kalah di 5 dari 6 laga kandang terakhir lawan Madrid. Kemenangan ini naikkan poin Madrid ke 38, unggul dua dari Barcelona. Bagi Bilbao, kekalahan ini tinggalkan mereka di posisi 8, dengan jadwal berat lawan Atletico Madrid dan PSG di Liga Champions.
Dampaknya lebih luas: Kemenangan ini perkuat posisi Alonso sebagai pelatih muda berbakat, sementara Mbappé semakin dekat gelar top skor La Liga. Bagi Bilbao, ini panggilan untuk bangkit, terutama dengan kebijakan unik mereka yang hanya rekrut pemain Basque. Suporter La Catedral tetap setia, tapi hasil ini sakiti hati mereka.
Secara keseluruhan, pertandingan ini tunjukkan mengapa La Liga disebut liga terbaik dunia: drama, bakat, dan momen-momen magis. Real Madrid pulang dengan tiga poin krusial, sementara Bilbao harus introspeksi. Pertemuan berikutnya? Sudah tak sabar.
