JAKARTA, seriale-turcesti.biz – Bencana hidrometeorologi yang melanda Sumatera Utara (Sumut) sejak 24 November 2025 terus menimbulkan duka mendalam. Banjir bandang dan tanah longsor yang dipicu hujan deras akibat Siklon Tropis Senyar telah menewaskan 34 orang, dengan 33 warga lainnya masih dalam status hilang. Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah menunjukkan dampak yang meluas ke 12 kabupaten/kota, meninggalkan ribuan keluarga terisolasi dan infrastruktur hancur. Hingga Jumat (28/11/2025), upaya evakuasi dan bantuan darurat digencarkan, meski cuaca ekstrem masih menghambat akses ke wilayah pedalaman.
Dampak Parah: Korban Jiwa dan Kerusakan Infrastruktur
Menurut laporan BNPB, bencana ini telah mencatat 148 kejadian, terdiri dari 86 tanah longsor, 53 banjir, tujuh pohon tumbang, dan dua puting beliung. Korban jiwa mencapai 34 orang, dengan 11 lainnya luka-luka dan 52 hilang—meski data lokal di Tapanuli Tengah lebih spesifik menyebut 33 hilang. Daerah paling terdampak adalah Kabupaten Tapanuli Tengah, di mana seluruh 20 kecamatan dilanda banjir setinggi 3–5 meter dan longsor masif.
Wilayah lain yang terpukul keras meliputi:
- Sibolga: 8 meninggal, 46 hilang, 59 terdampak.
- Humbang Hasundutan: 2 meninggal, 5 hilang, 4 luka berat.
- Tapanuli Selatan: 17 meninggal, 73 luka-luka.
- Nias Selatan: 1 meninggal.
Total 1.168 warga mengungsi, dengan ribuan kepala keluarga (KK) terisolasi di desa-desa pegunungan. Akses darat terputus total: jalan lintas Sumatera rusak parah, jembatan amblas, dan pemadaman listrik meliputi Sibolga serta Tapanuli Tengah. Jaringan telekomunikasi juga menjadi blind spot, menyulitkan koordinasi. Di Tapanuli Tengah saja, ratusan rumah rusak, sawah terendam, dan warga terjebak di bukit menunggu evakuasi helikopter.
Penyebab Utama: Cuaca Ekstrem dan Faktor Lingkungan
BMKG mengaitkan bencana ini dengan Siklon Tropis Senyar, yang membawa curah hujan ekstrem hingga 200–300 mm/hari. Pendangkalan sungai dan perubahan alur akibat aktivitas manusia—seperti industri ekstraktif—memperburuk banjir, menurut WALHI Sumut. “Air mengalir lebih cepat ke sungai yang sudah melemah kemampuannya,” ujar Manajer Advokasi WALHI, Jaka Damanik. Imbauan BMKG: warga rawan bencana tetap waspada, hindari sungai, dan evakuasi dini.
Respons Pemerintah: Evakuasi Darurat dan Bantuan Logistik
Pemerintah pusat dan daerah bergerak cepat. Polda Sumut mengerahkan 1.030 personel untuk evakuasi, pengaturan lalu lintas, dan pencarian korban hilang, bekerja sama dengan TNI, BPBD, dan relawan. Gubernur Sumut berkoordinasi dengan BNPB untuk dana siap pakai, sementara BUMN seperti Pertamina, PLN, dan Inalum menyediakan bantuan tambahan.
Kemensos telah menyalurkan Rp 2 miliar lebih berupa makanan siap saji, obat-obatan, tenda, dan dapur umum yang menyediakan 5.000 porsi/hari. Dinas Sosial Sumut menambah 1 ton minyak goreng, 500 kg gula, dan ribuan bungkus mie instan. Di Tapanuli Tengah, Bupati Masinton Pasaribu menyiapkan status tanggap darurat dan surat ke Badan Pangan Nasional untuk stok pangan. Tim medis Kemenkes ditempatkan di bandara tujuan untuk triage korban.
Hari ini, empat pesawat TNI AU (tiga C-130 Hercules dan satu A-400M) membawa tonase logistik dari Lanud Halim, mendarat di bandara Silangit dan lainnya. Helikopter MI-17 dan Bell 412 digunakan untuk drop bantuan ke desa terpencil, sementara perahu karet menjangkau kampung sungai.
Harapan Pemulihan: Solidaritas Nasional untuk Bangkit
Meski duka masih menyelimuti, respons cepat ini membawa harapan. “Tak ada ruang untuk keterlambatan; solidaritas nasional adalah kunci,” tegas Seskab Teddy Indra Wijaya saat melepas pesawat bantuan. Pemulihan jangka panjang—seperti rekonstruksi infrastruktur—akan jadi prioritas, dengan dukungan BNPB dan mitra internasional.
Masyarakat diajak berpartisipasi melalui donasi resmi ke BNPB atau relawan terverifikasi. Di tengah musim hujan yang masih berlanjut, kewaspadaan tetap utama. Sumatera Utara, yang tangguh menghadapi bencana, pasti bangkit lebih kuat. Mari bersama doakan korban dan dukung saudara kita di utara.
