Inovasi Battery‑as‑a‑Service untuk Motor Listrik, Oyika dan Masa Depan Mobilitas Urban

JAKARTA, seriale-turcesti.biz – Permasalahan utama motor listrik di Indonesia bukan hanya harga, tetapi juga keterbatasan infrastruktur pengisian dan kompatibilitas baterai. Untuk itu, platform Battery‑as‑a‑Service (BaaS) seperti Oyika menawarkan solusi inovatif. Oyika yang berkantor pusat di Singapura mengembangkan jaringan stasiun penukaran baterai (battery swapping)—pengguna cukup menukar baterai kosong dengan baterai penuh dalam hitungan detik, tanpa menunggu proses charging konvensional.

Di Jabodetabek, Oyika telah memasang lebih dari 112 SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum), dan berkolaborasi dengan PLN dan 27 mitra lain untuk memperluas jangkauan hingga 250 unit pada akhir 2024. Fitur BaaS termasuk berbagai paket langganan, dari harian hingga bulanan, mengakomodasi kebutuhan pengguna motor listrik tanpa perlu khawatir rusak atau sewaan baterai mahal .

Keunggulan sistem ini terlihat dari fleksibilitas dan kenyamanan: baterai universal dapat digunakan di berbagai merek motor—seperti Gesits, Selis, Yadea—yang terintegrasi dengan IoT untuk memantau kondisi baterai, lokasi, dan keamanannya. Model ini menjawab beberapa kendala dalam studi adoption electric motorcycle yang menekankan pentingnya infrastruktur dan persepsi konsumen terhadap kenyamanan dan teknologi.

Meski subsidi pemerintah Rp 7 juta belum digulirkan ulang pada banyak unit, inovasi seperti Oyika dapat mempercepat adopsi motor listrik karena pengguna tidak terikat lokasi pengisian panjang, cukup bergantung pada jaringan swapping baterai yang berkembang.

Dengan riset dari Universitas Sebelas Maret, solusi seperti BaaS juga dapat meningkatkan persepsi kontrol pengguna dan mengurangi ketakutan beralih ke motor listrik.

Meski tantangan tetap ada—seperti biaya awal infrastruktur dan standarisasi baterai—kehadiran Oyika telah memperlihatkan bahwa model BaaS bukan sekadar konsep, melainkan praktik matang yang menggabungkan pengalaman pengguna nyata, dukungan riset, dan kolaborasi lintas sektor. Ini menjadi pondasi penting bagi mobilitas urban hijau di masa depan Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *